Training Dasar BEM Instiper Yogyakarta

Training dasar pengurus BEMI dilakukan setiap periode kepengurusan guna meningkatkan kekompakan dan kemampuan pengurus BEMI

Persiapan Mengikuti Aksi

Mahasiswa Instiper bersama BEM instiper yang tergabung dalam BEMSI bersiap mengikuti aksi anti korupsi

Aksi Anti Korupsi

Mahasiswa instiper bersama mahasiswa universitas lain yang tergabung dalam BEMSI sedang malukan aksi

Tuesday 23 April 2013

Habis Gelap Terbitlah Terang –


               
 Wahai ibu kita Kartini…
Putri yang mulia…
Sungguh besar cita-citanya…

Bagi Indonesia…

 Belanda baik pria maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda pun RA Kartini dapat diandalkan.

ejarah Kartini semoga tak terulang - Selang beberapa tahun kemudian setelah selesai pendidikan di EUROPASE LEGERE SCHOOL, RA Kartini memiliki keinginan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati RA Kartini karena terbentur pada aturan adat apalagi bagi kaum ningrat bahwa wanita seperti dia harus menjalani pingitan, Kasihan...
                                                                                                                                                                                                    

Dalam Sejarah Kartini dituliskan - Memang sudah saatnya RA Kartini memasuki masa pingitan karena usianya telah mencapai

Besarnya cita-cita RA. Kartini seperti dalam penggalan lagu karangan WR. Supratman itu, menjadikannya sebagai salah satu pahlawan nasional. Kartini bercita-cita, perempuan Indonesia bisa sejajar dengan kaum lelaki.
Kartini memiliki cita cita besar yang terbersit dalam buku sejarah Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
 Dialah wanita Indonesia yang memiliki citra sebagai seorang wanita yang ingin membela hak hak wanita agar tidak tertindas terutama adalah hak pendidikan dan hak untuk berkarir, hingga disebutlah emansipasi wanita. Sehingga setiap tahun peringatan Kartini akan dijadikan semangat bagi kaum wanita untuk menumbuhkan kembali semangat ke Kartinian, dari tingkat playgroup diselenggarakan acara memperingati semangat Kartini sampai dengan mereka yang telah bekerja dan berkarir.

Meski kartini telah tiada namun semangatnya untuk memperjuangkan kaum wanita terus berkobar, sebagai contoh kartini Indonesia yang sukses adalah Megawati yang menjadi Presiden RI, Wali kota Surabaya saat ini Ibu Risma, dan masih banyak lagi kisah sukses Kartini Modern lainnya.

Saat mulai menginjak bangku sekolah EUROPESE LAGERE SCHOOL terasa bagi RA Kartini sesuatu yang menggembirakan. Karena sifat yang ia miliki dan kepandaiannya yang menonjol RA Kartini cepat disenangi teman-temannya.. Kecerdasan otaknya dengan mudah dapat menyaingi anak-anak

12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan kepada tradisi ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh tembok Kabupaten. Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa RA Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah karena menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan ada hasilnya, maka satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu adalah dengan tekun membaca apa saja yang di dapat dari kakak dan juga dari ayahnya.

Beliau pernah juga mengajukan lamaran untuk sekolah dengan beasiswa ke negeri Belanda dan ternyata dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hanya saja dengan berbagai pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada putera lainnya yang namanya kemudian cukup terkenal yaitu H. Agus Salim.

Tepat tanggal 12 November 1903 RA Kartini melangsungkan pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat dengan cara sederhana.

Pada saat kandungan RA Kartini berusia 7 bulan, dalam dirinya dirasakan kerinduan yang amat sangat pada ibunya dan Kota Jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya. Suaminya telah berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang-tembang yang menjadi kesayangannya, namun semua itu membuat dirinya lesu.

Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan kesehatan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah melakukan perawatan khusus dan berobat, namun akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun.

Sekarang RA Kartini telah tiada dan tinggal Sejarahnya, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku HABIS GELAP TERBITLAH TERANG.